Kurangnya Fungsi Keluarga, Angka Bunuh Diri di Toraja Meningkat Akibat Depresi

    Kurangnya Fungsi Keluarga, Angka Bunuh Diri di Toraja Meningkat Akibat Depresi

    TANA TORAJA - Angka bunuh diri selama pandemi covid-19 di Toraja sangat meningkat dibandingkan dengan 2 tahun lalu sebelum adanya pandemi COVID-19, Senin (8/2/2021). 

    Hal tersebut diungkapkan oleh dr. Kristanty selaku dokter psikiater RSUD Lakipadada kemarin Jumat (5/2/2021) di ruang rapat KPU Tana Toraja saat cofee morning bersama insan pers.

    Menurut dr. Kristanty bahwa total yang bunuh diri ada 30 kasus di tahun 2020 dimana 14 kasus dari Tana Toraja dan 16 dari Tooraja Utara. Sementara untuk awal tahun 2021 sudah 7 kasus bunuh diri. 

    Bunuh diri kata dr. Kristanty dapat dilakukan oleh orang karena depresi yang dipengaruhi oleh banyak faktor atau aspek yang disebut multi faktor. 

    Aspek psikologis menjadi salah satu pemicu bagi orang untuk melakukan bunuh diri seperti orang jadi cemas karena adanya pandemi sekarang karena ketakutan yang berlebihan dalam lingkungannya sehingga bisa akibatkan depresi. 

    Kemudian aspek Sosial, seperti dampak pandemi adanya PHK sehingga berdampak ke ekonomi keluarga. Hal ini bisa juga sebagai pemicu orang akhiri hidupnya karena sudah tidak bisa mengendalikan depresi. 

    Jadi bunuh diri menurut dr. Kristanty bukan karena satu faktor saja tapi multifaktor sehingga diatas 90% gangguan jiwa yang mengakibatkan orang bunuh diri. 

    "Percobaan bunuh diri dan gagal akan lebih rentan untuk mengulanginya lagi dikesempatan yang lain dan tingkat keberhasilan lebih tinggi. Hal ini juga bisa dipengaruhi oleh faktor Genetik atau turunan", kata dr.Kristanty. 

    Sementara Pdt. Yonan mengatakan bahwa salah satu pemicu bunuh diri pada tingkat anak karena fungsi keluarga yang sudah tidak ada lagi terhadap pendampingan anak. Sehingga ini bisa membuat kondisi kesehatan mental menjadi pemicu bunuh diri. 

    Di kesempatan yang sama juga, Kapolres AKBP Sarly Sollu mengatakan pemberdayaan masyarakat ini yang perlu sebagai salah satu cara untuk menepis pemikiran pemikiran yang muncul dibenak untuk bunuh diri.

    "Pemberdayaan masyarakat bisa menjadi salah satu cara untuk menepis pikiran depresi dimana pemberdayaan masyarakat ini bisa dengan sarana olahraga, maupun sarana berkreasi seni yang di lombakan sehingga melalui itu bisa membuat orang tidak berpikir ke hal negatif tekanan depresi", ucap AKBP Sarly Sollu.

    (Widian) 

    Widian

    Widian

    Artikel Sebelumnya

    Pasal Berlapis Menanti Bagi Para Pelaku...

    Artikel Berikutnya

    Diduga Langgar Prokes, Pengelola Cafe dan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Tapian Kato: Limbago Kerapatan
    Kejanggalan Kasus Tipiring Bintatar Ditangani Bareskrim Mabes Polri 
    Babinsa Negari Gencarkan Fogging
    Panglima TNI Hadiri Undangan Chief Of Defence Force
    Panglima TNI Penuhi Undangan Jenderal Tan Sri Dato’ Seri Mohammad  Bin Ab Rahman

    Ikuti Kami